Semua Demi Uang

Standard

Menurut Karl Marx, yang menjadi dasar semuanya adalah motif ekonomi. Ia menghasilkan pola dalam masyarakat, termasuk agama. Bukan hanya agama, tapi juga pemikiran, kebiasaan dan lain lain juga dibentuk dari motif sosial-ekonomi. Pengaruh pengaruh yang terjadi, berhubungan erat dengan teori ketidaksadaran manusia.

Lebih jauh mengenai ini, baca buku Freud, Marx dan Erich Fromm – Beyond The Chains of Illusion.

Dan, karena kesengsaraan dan keterasingan manusia maka masyarakat lari pada agama. Sampai pada puncak tergilanya, yaitu agamapun ikut mengimani dan bahkan tuhan sendiri ikut mempertuhankan uang. Uang adalah sosok penjelmaan tuhan. Uang masuk ke dalam doktrin dan dogma agama, yang diganti dengan kata “berkat”. Kebahagiaan sorgawi, diukur dengan apa yang dibeli dengan uang. Jalan emas, 72 bidadari, dan segala kemewahan sorga.

Maka, jujurlah pada diri sendiri, bahwa tuhan allah yang sebenarnya, engkau sembah, demi sorga dan berkat adalah uang. Maka sungguh menjijikkan, jika ada membawa bawa jargon “lebih diberkati karena ia dekat dengan tuhan”. Menjijikkan, mati demi seisi sorga yang isinya dinilai dengan uang, meletakkan uang sebagai dasar dari segalanya. Tuhan, dan sorga bukan berisi kemanusiaan, bukan pula kebahagiaan, bukan juga kemanusiaan dan pesaudaraan.

Apakah anak-anak ini, menjadi seperti ini, karena tuhan tidak melimpahkan berkat bagi mereka?

child

Menjadi jelas bahwa tuhan dan berkat bukanlah apa yang sesungguhnya. Melainkan pelarian dari manusia yang terasing. Manusia yang terasing, gagal melihat dirinya, dan menemukan kemanusiaan di dalam dirinya sendiri. Sejak awal, manusia tidak mengenal nilai. Semenjak dari janin, ia tidak mengenal nilai nilai harga apapun. Barang, yang berserakan di muka bumi, dimiliki berdasarkan surat hukum yang merupakan buatan manusia. Sekalipun surat itu punya cap asli sorga penguasa semesta langit, surat tersebut tetaplah buatan manusia.

Di jaman ini, banyak hal yang belum bisa dijadikan hak milik dan orang yang ingin mendapatkannya harus membayar harga. Siapa saja boleh menikmati sinar matahari, bebas menghirup udara segar, dan minum pada air sungai. Pada dasarnya, banyak hal yang bebas nilai. Karena tidak ada yang dapat memilikinya. Para arkeolog, tidak menemukan ada bukti bahwa ada kepingan logam yang terkubur bersama fosil pithecanthropus erectus. Tidak ada satu pun bon tagihan, nota kontan, hutang yang dibebankan kepada kita, kecuali dosa yang diwariskan adam dan hawa.

Nilai tukar muncul dari hak kepemilikan. Hak untuk memiliki, dengan surat suratnya, adalah hasil karang mengarang manusia. Kita adalah mahluk yang dipenuhi dengan khayal, kebohongan, penipuan, keserakahan, dan ini termanifestasikan dalam agama. Agamapun juga pada akhirnya, menjadi pelarian, menjadi ilusi dari hidup manusia dan ikut memperparah keadaan. Uang adalah anak dari jamannya, hasil karya manusia pada suatu periode. Begitupun juga dengan agama, yang ikut memperparah dan turut serta dalam puncak kegilaan peradaban manusia saat ini. Manusia dibentuk dan membentuk sejarahnya. Ia tengah berjalan menuju pada kehancurannya. Mari membunuh sejarah.

Compiled by: Kal Festino (twitter @kalfestino) | http://kalfestino.wordpress.com/

One thought on “Semua Demi Uang

  1. @justmyself1307

    “Termanifestasikan dalam agama”

    Bolelah ateis atau punya sentimen dam dendam pribadi thd agama, tp generalisasi topik “semua demi uang” dan menyangkutkannya secara general karena agama sebagai sebab utama utk hal tsb, adalah kesimpulan cacat, paling tidak kesimpulan yg debatable.

    Berapa banyak yg disebabkan bukan oleh agama? Mari baca lagi sejarah :))

Leave a comment